Arsip Tag: Pahlawan

“Pahlawan” Morning Ride : Monumen Perjuangan 45, Ciseupan – Subang

Mengheningkan cipta di Monumen Perjuangan 45, Ciseupan (10/11/12)

Ide ini muncul tadi malam secara tiba-tiba ketika menemukan kata “Ciseupan” dalam postingan singkat bertema Hari Pahlawan di kronologi group Facebookers Subang. Disebutkan bahwa di Kampung Ciseupan Desa Cibuluh Kec. Tanjungsiang ada Monumen Perjuangan 45 yang dibangun guna mengenang heroisme para Pejuang Siliwangi dan rakyat Subang menaklukan pasukan Belanda pada tahun 1948. Woohhh…, malu saya! Orang Subang asli belum mengunjunginya. Mumpung esok pagi adalah Hari Pahlawan maka tidak ada kata lain. Berangkat… !!

Sederhana sich, rencananya sekedar riding santai di pagi hari menuju lokasi dan numpang ngupi-ngupi sebentar sebelum balik kanan. ‘Morning Ride’ special kali ini ditemani bro Alfi, sahabat saya yang kebetulan mempunyai tunggangan yang sama. Pulsar.

Berbekal informasi hasil ‘googling’, dari pusat kota kami meluncur ke arah Jalancagak lalu di pertigaan Tugu Nanas belok kiri menyusuri jalur arah Sumedang menuju Pasar Kasomalang. Tidak berapa lama, sampailah kami di Pasar Kasomalang. Untuk memastikan, disana kami bertanya dulu pada pedagang. Benar saja, kami dianjurkan belok kiri menuju Desa Cibuluh via Panembong. Jalan yang kami lewati berukuran kecil tapi sudah beraspal cukup mulus, jarang ditemukan lubang apalagi jalur berkategori ‘jahanam’ disini. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang ajib! Petak-petak sawah berundak nan hijau diselingi kebun dan ladang penduduk menghiasi lembah dan bukit yang kami lewati. Setelah sedikitnya 5 KM perjalanan, kami dibingungkan oleh jalan bercabang. Kiri atau kanan? Kami pun kembali bertanya pada para pemuda dan tukang ojek yang kebetulan mangkal. “Ini udah masuk wilayah Ciseupan A, bade kamana kitu?”, si pemuda balik nanya. “Monumen Perjuangan kang”, jawab bro Alfi. Si pemuda tersenyum sambil menunjuk arah kiri. “50 meteran lagi…” Yes!!!

Monumen yang dibangun tahun 1976 itu ternyata mudah diakses, posisinya tepat di pinggir jalan. Namun sangat disayangkan kondisinya kurang terawat. Monumennya sendiri berupa patung Mayor Engkong Darsono dan seekor harimau diatas tembok besar ber-relief suasana peperangan. Setelah sejenak beristirahat, merasakan sejuknya hawa pegunungan, kami berhoto ria dan meng-eksplorasi detail tiap sudut monumen. Tak lama, seorang kakek menghampiri. Ternyata beliau adalah kuncennya, bernama pak Atam. Dari beliau kami tahu banyak tentang apa yang terjadi disini 64 tahun yang lalu.

Setelah puas, pukul 09.40 WIB kami pamit. Rute pulang mengambil jalur berbeda, kami melanjutkan menyusuri jalan tadi menuju Pasar Tanjungsiang. Walaupun memutar dan lebih jauh tapi asyik, karena kami berdua baru pertama kali menyusurinya. Di Pasar Tanjungsiang kami belok kanan menuju Jalancagak dan selanjutnya melewati jalur yang sama dengan keberangkatan. Bedanya sekarang arus lalu-lintas cukup padat. Oh ya, ada yang terlewati, moment ngopi-ngopi di lokasi tidak terjadi karena di warung sebrang tidak menyediakan kopi, teh botol dingin, teh manis hangat atau sejenisnya. Gubrak! (kDW)

#Sejarah lengkapnya:
http://blog.unpad.ac.id/kknmcibuluh2011/02/03/sejarah-monumen-perjuangan-45/